Senin, 16 Desember 2013
(No title)
Hujan turun begitu deras. Aroma yang begitu khas, air yang sudah membasahi seluruh kota ini, bahkan perasaan kali ini menjadi tenang. Entahlah, hujan selalu membuat semua orang kembali pada masa lalu. Bahkan hujan pula yang selalu mengisi cerita semua orang, entah sedih entah susah ataupun bahagia. Mungkin Rena juga salah satu dari seluruh umat manusia yang merasakan hangat ditengah dinginnya suhu di kota ini.
Dia sedang berada di kamar. Lampu kamarnya remang-remang. Temboknya penuh dengan gambar yang ia lukis saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ditemani sebuah boneka yang besar, itulah kegiatan-kegiatannya saat dirumah. Tiba-tiba ia melihat sebuah kotak berwarna biru. Dibuka kotak yang tersimpan di sudut kamar itu. Sebuah buku yang sudah usang, bahkan pinggirannya sudah melekuk-lekuk. Ia selalu membaca buku itu berulang-ulang, tapi saat ini ia membaca ditemani kopi hangat kesukaannya. Halaman pertama dibuka, muncul potret seseorang sedang tersenyum. Ibu. Seketika ia ikut tersenyum.
Halaman demi halaman dibuka, semakin lama senyum itu ikut memudar. Potret seseorang telah membuat hancur indahnya sore itu. Otakmu mulai memunculkan semua kenangan masa lalu.
“Ibu selalu berharap, Ayah pulang hari ini” senyum ibunya terbayang jelas.
“Tapi, Bu. Ayah sudah membuang kita”
“Hush, kata siapa toh? Ayah hanya pergi, Ibu yakin Ayah akan pulang”
Ibu Ibu Ibu Ibu, sosok itu terus muncul dalam benaknya seakan ia akan muncul kembali di kehidupannya. Ia bahkan membawa sejuta harapan yang selalu ia nanti. Padahal ia tahu, Ayah sudah meninggalkan kami dengan wanita cantik. Tapi mengapa Ibu selalu mengharapkan Ayah kembali ke rumah? Mengapa ibu selalu yakin Ayah masih sayang pada kami?
Ibu selalu menjawab, “Suatu saat kamu akan mengerti mengapa Ibu selalu menaruh harapan pada beliau”.
Rena mulai melempar buku itu dan mengambil barang yang ada didekatnya. “Aku takkan pernah memaafkan kamu sekalipun kamu adalah harapan Ibu!”.
Hal yang sama selalu berulang padanya setiap ia membaca buku itu. Ia membenci kenangannya. Ia membenci waktu. Ia membenci masa lalu. Ia membenci dirinya sendiri.
Ia membenci kehidupannya.
baru segitu hehehe nanti kalo rame aku terusin daaa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar