Sinar matahari bersinar terik, candaan dan suara tawaan terdengar dari halaman rumahku. Ya, aku tinggal di sebuah komplek biasa. Namaku Pelangi, ayahku bekerja sebagai seorang chef dan ibuku seorang kepsek. Aku anak tunggal disini. Aku punya sahabat yang baiiiiikkk banget, namanya Qaela, Koko, dan Firla. Mereka sahabatku sejak sd. Kini aku kelas 1 smp di sebuah sekolah negeri di kotaku. Nenekku memiliki penyakit mematikan. Ya, penyakit kanker yang sampai sekarang hanya beberapa orang yang selamat. Kata seorang dokter, penyakit itu akan turun kepada keturunanya. Kukira itu hal biasa, namun aku menyadari sejak 1 tahun yang lalu.
aku memiliki prestasi yang cukup tinggi, dan selalu menjadi kebanggaan guru. aku memiliki kejanggalan pada diriku pada saat olahraga. entah kenapa aku merasa sakit kepala yang luar biasa karena aku jarang sakit kepala. kurasa mungkin karena tadi kepalaku terpukul bola. namun setelah sebulan aku merasakan hal yang sama, aku meminta temanku untuk mengantarku ke dokter. aku sudah bilang pada ibuku. karena aku beralasan ingin meminta obat flu, maka itu aku diperbolehkan pergi bersama temanku, firla.
setelah melakukan pemeriksaan, aku tersentak. tuhan, aku tak mau ini terjadi padaku. aku mendapat pembengkakan otak karena benturan keras. aku setengah menangis dan bertanya pada dokter tersebut "dok, bagaimana cara agar saya bisa sembuh?" "biasanya kami melakukan operasi, dilakukan sampai otak kembali normal" aku akhirnya berpikir *untuk apa operasi kalau menunggu otakku kempis? tak usahlah*
mungkin kalian aneh, kok tak diantar orangtua? ya, orangtuaku superdupersibuk, aku memang selalu pergi sendiri. aku beruntung punya teman yang baik mau mengantarkan aku.
tapi, setelah setahun ternyata aku salah, aku salah. otakku malah menghasilkan tumor. aku tersentak, dan hampir melupakan agamaku, "astagfirullah, ya Allah, apa yang saya lakukan, APA?! APA SALAHKU?" mungkin aku harus berkata pada orang tuaku namun...
"ayah..."
"sebentar ya pelangi, ayah sibuk. kalau mau bertanya pada ibu saja"
"ibu..."
"aduh, apa pelangi. ibu sedang sibuk"
DEGH. jantungku terasa sempat berhenti ketika melihat tingkah laku orangtuaku. namun...
"AYAH, IBU, PELANGI DIVONIS TUMOR OTAK! PELANGI TAKUT " teriakku setengah terisak. kulihat ayah dan ibuku kaget
"pelangi, kamu jangan bercanda deh, mana mungkin"
"ibu... pelangi ngga bercanda. itu hasil pelangi periksa kemarin"
ibu hampir setengah menangis, lalu keluar dan mengeluarkan mobil
"ayah ingin bukti pelangi, ayo kita ke dokter sekarang"
setelah pemeriksaan, ibuku menangis dan berkata
"nak, mengapa kau tidak bilang kalau kau pernah mengalami pembengkakan otak, itu berbahaya nak, sel otakmu..." kata ibu terpotong oleh isakan
"ibu maafkan pelangi, pelangi ngga bermaksud nyakitin ibu"
"ayah dan ibu ingin kamu jujur nak, ayah tak suka kamu berbohong"
"maafin pelangi yah..."
setelah kejadian itu, orangtuaku menjadi overprotektif. aku selalu diawasi ibuku yang juga kepsek di sekolahku. mungkin aku merasa kehidupanku mulai berat, aku selalu sakit kepala, kadang hilang kesadaran. namun...
"kenalkan namamu" kata wali kelasku yang membawa murid baru
"nama saya, aprilio armadinata,panggil arma aja deh. saya dari bogor. saya asli orang bandung tapi. ehehe..."
semua anak tertawa melihat tingkah anak itu *kukira, dia akan menjadi teman yang baik*
"aprillio, duduk di bangku yang kosong ya..."
aku agak senang karena aku duduk sendiri, tapi kok aku bisa merasa senang?
"boleh aku duduk denganmu, bangkumu kosong"
"silahkan, sekalian deh biar ada temen"
setelah kejadian itu, aku melupakan penyakitku. aku tahu sebenarnya ini tindakan bodoh. tapi di sisi lain aku merasakan... umm.. CINTA? dengan arma? memang aku sudah 3 bulan kenal dekat dengannya. tapi, mengapa sesingkat ini? semakin lama, akupun merasa arma bertingkah aneh padaku, dia menghindariku tiap istirahat. anehnya dia tetap sebangku denganku walaupun hanya jam pelajaran. setiap pagi, aku mendapatkan mawar warna putih yang digantung sebuah puisi-puisi indah. sungguh bahagia. tapi... ini dari siapa?
sudah 2 minggu bunga itu selalu ada di mejaku setiap pagi. karena penasaran, aku mengintip dari jendela dan sengaja datang lebih pagi dari biasanya. dikelas hanya ada arma, aku agak kaget. ternyata dia yang menyimpan bunga selama ini. spontan aku masuk ke kelas dan memergokinya. "jadi... kau yang selalu menyimpan bunga itu? kata-katamu indah.. apa itu.. puisi cinta untukku?" tanyaku malu-malu. entah ketika melihat muka arma memerah,akupun ikut memerah. dan akhirnya aku mendengar kata yang baru diucapkan padaku dari seorang lelaki..
"pelangi, aku.. aku.. aku cinta sama kamu, aku mau kamu lebih dari sekedar sahabat aku.. kamu mau.. jadi pacar aku?" dengan menyodorkan bunga yang asalnya disimpan di meja, ia mengatakannya..
"um.. aku bakal jawab tepat jam 10 siang, tepatnya istirahat" tak sadar, di pintu sudah banyak teman yang melihat kejadian tadi
"CIEEEEEEE" sorak semua muri kelasku, termasuk qaela, koko, dan firla
"ada yang mau jadian nih" goda koko
"ah, jangan lupa pejeee" lanjut firla
"suut jangan diganggu, kasian mereka mau ngelanjutin apa yang mereka lakukan tadi" sambung qaela
sontak mukaku dan muka arma merah padam. huwaaaa... aku malu sekali...
tepat jam 10.00, sesuai janjiku aku akan menjawab apa yang dikatakan arma tadi
"aku.. jawab... iya, aku mau jadi pacar kamu.."
tiba-tiba arma loncat kegirangan dan memelukku, entah apa yang dipikirannya saat itu, mukaku kembali merah padam. arma yang menyadari hal itu langsung melepaskan pelukannya
"ma.. maaf, aku sangat bahagia karena jawabanmu. apa aku masih boleh memberimu bunga? "
"apapun kamu kasih, aku mau"
"kalau begitu, aku traktir kamu es krim mau ngga?"
aku jawab dengan senyum dan anggukan. walau es itu dingin, aku tak merasakan dingin. aku merasakan kehangatan. aku merasakan cinta pertama pada pertengahan musim kemarau ini.
entah kenapa, padahal baru aku merasakan kegembiraan, aku kehilangan keseimbangan. aku terjatuh di lapangan basket. saat sadar, aku ada di ruang uks dengan ibuku di sampingku
"kau sudah sadar nak"
"ibu, ada apa. kok pelangi disini?"
"kita harus ke dokter untuk mengecek tumormu"
setelah ke dokter, benar dengan yang kuduga. tumor itu membesar dan aku mulai terbebani karena gejalanya. untug belum termasuk kanker. aku tak boleh banyak pikiran dan terlalu capek.
belum seminggu aku bersama arma, aku sudah merasa sakit. Entah kenapa kepalaku selalu sakit. Di kelas ini, yang belum tahu penyakitku hanya arma, aku tak mau menyakiti hatinya. Lama kelamaan memang rahasia pasti terbongkar. Aku kehilangan keseimbangan dan tak bisa jalan, aku selalu tak bisa melihat dengan jelas, dan pendengaranku mulai rusak. Oh tuhan. Apa yang terjadi? Mengapa aku mulai merasakan semuanya? Tanpa sadar, arma tahu sebenarnya yang terjadi. Ia menanyakan kepada 3 sahabatku. Ia mulai marah karena aku tak cerita.
“kenapa kamu ngga cerita? Kamu nyakitin aku?”
“aku bukan mau nyakitin kamu, ar..”
“lalu?”
“aku.. aku..” kataku terpotong oleh air mata yang mulai keluar dari mataku
“terserah..”
Arma mulai menjauhiku. Dia mungkin marah padaku, wajar saja karena aku tak mau jujur padanya. Tapi....
“AYAH, PELANGI PINGSAN LAGI...”
Suara ambulan terdengar bising, aku jatuh pingsan. Aku terlupa akan kata dokter supaya tak banyak pikiran. Tapi, arma? Aku sayang dia. Ternyata kali ini aku tak bisa bangun. Aku berjalan di alam bawah sadarku selama berbulan-bulan. Aku bertemu nenek dan nenek berkata “jalani apa saja yang menjadi takdirmu, pelangi. Tak usah dirahasiakan. Nenek pun pernah merasakan kok”
“tapi pelangi ngga mau nek nyusahin orang lain”
“jadilah pelangi yang mengindahkan kesedihan yang turun seperti pelangi yang mengindahkan setelah hujan turun”
Setelah aku bertemu nenek, aku terbangun tapi...
“siapa yang matiin lampu? Aku dimana? IBUUU... IBUUU”
Semua yang menjengukku tersentak kaget, aku yakin karena ibu berkata “lampu nyala terang benderang ko, kamu kenapa sayang?”
Tuhan, aku tak bisa melihat, ternyata selama ini bukan tumor, ya, KANKER STADIUM 2. Saraf mataku sudah terserang virus itu. Aku menangis dan berteriak sekeras-kerasnya. *Tuhannn mengapa ini terjadi? Aku tak mau menyusahkan orang laiinnn*
“pelangi, jangan menyesali apa yang terjadi. Aku akan selalu disini menemani kamu dalam kegelapanmu. Aku janji bakal jagain kamu”
Aku kaget “a... ar.. ma?”
Arma terdengar terisak, mungkin di sekelilingku. “ayah, ayah dimana?” ingatku
“ayah di sini nak, di samping kananmu”
Aku meraba ke sekitarku, “ayah, aku takut..”pelukku yang aku pikir itu ayah, dan ternyata benar
“pelangi, ayah, ibu dan teman-temanmu akan selalu menjagamu dan membimbingmu, selalu..”
Aku meminta libur karena aku tak mau keluar dari sekolah, selama dirumah aku belajar membaca huruf braile dan menulis huruf. Ketika aku menguasainya aku akan kembali ke sekolah. Namun semua tak tersampaikan. Aku malah menjadi bisu. Anehnya, saraf mataku kembali bisa melihat walau agak buram. Kanker itu berpindah? Aku merasa janggal. Sehari setelah mataku melihat, aku tak bisa melihat lagi. Apakah itu nikmat tuhan walau hanya sehari? Aku bersyukur bisa melihan arma walau sehari. Selama 3 bulan aku menjalani hidup tanpa melihat dan berbicara. Aku ditemani oleh teman-temanku, dan arma. Setelah itu ibu mengajakku ke dokter kembali. Kankerku malah menyebar ketubuhku, mungkin kini masih di pita suaraku. Lama kelamaan memang aku tak bisa makan, aku selalu mengeluarkan apa yang aku makan setelah menelannya. Alhasil badanku kurus sekarang. Aku sempat putus asa akan apa yang terjadi padaku. Lama-kelamaan kepalaku berat. Aku tak bisa menompang kepalaku lagi sekarang. Tuhan... aku tak tahan... kini kerjaku mengetik dan keyboard komputerku sengaja diganti dengan keyboard yang hurufnya timbul. Kerjaanku kini hanya mengetik sebuah cerita yang mungkin itu adalah kehidupanku.
3 bulan, keadaanku makin memburuk, sistem sarafku hampir sebagian tak dapat kupakai. Namun semua kulewati dengan pasrah karena arman katanya selalu disampingku. Aku sempat menulis surat maaf karena telah menyusahkannya. Dia balas suratku dengan tulisan “ini semua demi cinta, pelangi”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar